Rabu, 15 Mei 2013

Interpretasi Ig M dan Ig G pada Pemeriksaan TORCH


Hellow all..
yupz..ini tulisan pertama di tahun 2013..udah lama ga otak atik blog,,saking sibuknyaa (hahahaha)

Tulisan kali ini akan membahas tentang pemeriksaan TORCH (Toxoplasmosisi, other infections, rubella, cytomegalovirus dan herpes simplex virus). Pemeriksaan TORCH ini biasa dilakukan oleh orang2 yang dlm persiapan kehamilan, apalagi orang2 yg sering berinteraksi dengan "hewan tertuduh" penyebab toxo.. (#pukpuk mpuuus)..


Dua puluh tahun yang lalu, perhatian ditujukan pada sekumpulan penginfeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan kelainan kongenital, yaitu ToksoplasmaRubella,Cytomegalovirus, dan Herpes simplex yang disingkat TORCH. Kemudian, arti TORCH diperluas dengan mengartikan huruf O sebagai "Other diseases" seperti syphilis, infeksi streptococcus group B, listeriosis, dll. Semua infeksi ini mempunyai beberapa persamaan, yaitu pada infeksi maternal biasanya asimptomatik dan berlalu tanpa diketahui. Tapi, akibatnya pada janin bervariasi mulai, dari tanpa gejala sampai gejala yang berat atau bahkan menyebabkan kematian, atau ditemui anak yang bertahan hidup dengan gejala-gejala yang terkait dengan otak, paru-paru, mata, dan telinga.
Infeksi Chlamidia trachomatis dapat dimasukkan ke dalam huruf C. Huruf H dapat meliputi Hepatitis B virus, Hepatitis C virus, Human Immunodeficiency virus(HIV) danHuman Papilloma virus(HPV)


Toksoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas, tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar. Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi, chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing. Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.

Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.

Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.

Herpes Simpleks (HSV)
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya.

PEMERIKSAAN


Diagnosa terhadap toksoplasmosis berdasarkan gejala klinis susah dilakukan, karena baik hewan ataupun manusia yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang khas. Untuk mengetahuinya, dapat dilakukan uji serologi. Uji serologi yang dapat dilakukan antara lain dengan melihat jumlah Ig G dan Ig M.

Didalam tubuh manusia terdapat beberapa kelas antibodi (sejenis protein) yang dapat ditemukan dalam darah dan cairan jaringan, yang disebut Imunoglobulin. Imunoglobulin tersebut diproduksi oleh sel-sel pada sistem kekebalan yang dikenal sebagai B-limfosit. Fungsi sel-sel tersebut adalah untuk mengikat zat dalam tubuh yang dikenal sebagai antigen benda asing (seringkali protein pada permukaan bakteri dan virus). Pengikatan ini sangat penting dalam  penghancuran mikroba yang membawa antigen tersebut.

Immunoglobulin M di sisi lain ditemukan paling banyak dalam cairan getah bening dan darah. Imerupakan antibodi pertama yang diproduksi oleh janin manusia. IgM juga merupakan antibodi pertama yang diproduksi dalam kasus eksposur terhadap penyakit tertentu dalam fase infeksi akut. Jumlahnya kira-kira enam kali lebih besar dari IgG dan multivalent. IgM adalah antibodi sementara yang hilang dalam waktu dua atau tiga minggu, yang kemudian digantikan oleh IgG yang berlangsung selama hidup dan memberikan kekebalan abadi kepada orang tersebut.
Immunoglobulin G atau IgG merupakan antibodi yang ditemukan paling melimpah dalam tubuh manusia. Ia ditemukan dalam semua cairan tubuh dan melindungi tubuh manusia terhadap serangan bakteri dan virus.. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. Molekul IgG dibentuk dan diedarkankan oleh sel plasma dalam 4 sub-tipe IgG1, IgG2, IgG3, IgG4.

IgG adalah antibodi pertama yang terlibat dalam respon imunitas lanjutan. Keberadaan IgG tertentu pada umumnya diartikan sebagai puncak respon antibodi terhadap antigen

Pada waktu pertama kali terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan membentuk senyawa protein IgM (Immunoglobulin M) sebagai reaksi terhadap masuknya mahluk asing ke dalam tubuh. Senyawa protein ini dalam waktu relatif singkat langsung terbentuk begitu tubuh terkena infeksi. Antibodi IgM akan muncul di minggu pertama terjadinya infeksi, mencapai puncak pada satu bulan, kemudian mengalami penurunan. Pada beberapa individu, IgM dapat tetap terdeteksi beberapa tahun setelah infeksi primer. Namun, secara perlahan-lahan, IgM ini akan menghilang dalam waktu 1-24 bulan kemudian dan bisa timbul lagi bila yang bersangkutan terinfeksi kembali.

Kira-kira 4 minggu setelah terjadinya infeksi primer akan terbentuk pula IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan tubuh. IgG ini juga merupakan protein dengan berat molekul besar. Adanya IgG menunjukkan bahwa dalam tubuh telah terbentuk kekebalan. Jadi, bila titer/angkanya positif berarti tubuh telah membentuk kekebalan terhadap mahluk penyebab infeksi. Secara teoretis IgG ini akan menetap di dalam tubuh. Hanya, kadarnya dapat naik atau turun sesuai kondisi kesehatan seseorang. Namun, pada kebanyakan kasus, IgG terus naik dan IgM menetap. 

Interpretasi Ig M dan Ig G
a. bila IgG (-) dan IgM (+)
Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu kemudian untuk melihat apakah IgG perubah menjadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak spesifik, yangbersangkutan tidak terinfeksi Toxoplasma. 

b. bila IgG (-) dan IgM (-)
Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. 

c. bila IgG (+) dan IgM (+)
Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi (persisten=lambat hilang). Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil. Keadaan ini perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Aviditas IgG. Bila aviditas IgG tinggi, menunjukkan infeksi didapat lebih dari empat bulan yang lalu

d. bila IgG (+) dan IgM (-)
Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan, berarti infeksinya terjadi sebelum kehamilan dan saat ini telah memiliki kekebalan. Bagi penderita yang sudah pernah terpapar, nilai IgG tidak akan kembali ke angka negatif or nol.